Pernah nggak sih lagi makan popcorn atau es batu, tiba-tiba gigi terasa “nyeletuk” sakit pas digigit?
Kalau iya, bisa jadi kamu sedang mengalami retakan pada gigi.
Yes, bener! Ternyata gigi juga bisa mengalami kerusakan berupa retak, dan kalau dibiarkan, efeknya bisa serius—nggak cuma bikin nyeri, tapi juga mengganggu fungsi mengunyah.
Masalahnya, banyak orang nggak sadar kalau giginya retak. Kadang gejalanya samar, kadang malah dianggap sepele. Padahal, menurut para dokter gigi, kondisi ini semakin sering terjadi, apalagi di usia dewasa muda yang hobi makan makanan keras atau minum minuman dengan suhu ekstrem.
Daftar Isi
- Apa Itu Gigi Retak?
- Penyebab Gigi Retak
- Baca Juga : Gigi Bisa Kembali Bersih Kinclong! Ini Manfaat Scaling Gigi yang Bikin Kaget
- Gejala yang Perlu Diwaspadai
- Jenis-jenis Gigi Retak
- Risiko Jika Dibiarkan
- Cara Dokter Mendiagnosis
- Pilihan Perawatan
- Baca Juga : Bukan Cuma Gaya! Ini Manfaat Veneer Gigi yang Jarang Orang Tahu
- Pencegahan Gigi Retak
- Kesimpulan
- Referensi
- Bleaching Gigi: Rahasia Senyum Cerah yang Jarang Diketahui!
- Veneer Gigi Itu Bukan Cuma Buat Artis, Gen Z Juga Boleh Glowing
- Rahasia Gigi Kuat & Estetik Abis? Jawabannya di Crown Gigi
Apa Itu Gigi Retak?
Secara medis, gigi retak adalah kondisi di mana terdapat celah atau garis patah pada struktur gigi, mulai dari lapisan luar (enamel) hingga lapisan dalam (dentin atau bahkan pulpa**).
Kalau keretakannya masih kecil, mungkin belum terlalu terasa. Tapi kalau sudah sampai ke saraf, efeknya… wow, sakitnya bisa bikin kamu nggak bisa fokus kerja atau kuliah.
Menurut American Dental Association (ADA), kondisi ini sering terabaikan karena sulit terlihat dengan mata telanjang

Penyebab Gigi Retak
Banyak faktor yang bisa bikin gigi jadi rapuh dan akhirnya retak. Beberapa di antaranya cukup relate sama kebiasaan kita sehari-hari:
-
Menggigit makanan keras – Contohnya es batu, permen keras, atau kacang yang belum dikupas.
-
Benturan atau trauma – Misalnya jatuh, kecelakaan, atau kena pukulan saat olahraga.
-
Bruxism – Kebiasaan menggemeretakkan gigi saat tidur (nggak sadar).
-
Perubahan suhu ekstrem – Minum kopi panas langsung diikuti minum es.
-
Tambalan besar – Gigi dengan tambalan besar lebih rentan mengalami keretakan.
-
Penuaan – Enamel menipis seiring bertambahnya usia.
Baca Juga : Gigi Bisa Kembali Bersih Kinclong! Ini Manfaat Scaling Gigi yang Bikin Kaget
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Kerusakan gigi jenis ini tricky karena gejalanya kadang nggak jelas. Tanda-tanda yang patut dicurigai antara lain:
-
Nyeri saat mengunyah atau menggigit
-
Sensitif terhadap panas atau dingin
-
Sakit yang datang dan pergi
-
Ada garis halus di permukaan gigi
-
Rasa nggak nyaman di area tertentu meski tidak ada lubang
Kalau kamu merasa salah satu gejala di atas, sebaiknya segera periksa ke dokter gigi.
Jenis-jenis Gigi Retak
Berdasarkan American Association of Endodontists (AAE), ada beberapa tipe keretakan gigi:
-
Craze Lines – Retak halus di enamel, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit.
-
Fractured Cusp – Bagian sudut gigi patah, biasanya akibat tambalan gigi besar.
-
Cracked Tooth – Retakan menjalar dari permukaan ke arah akar.
-
Split Tooth – Retakan parah yang membelah gigi menjadi dua bagian.
-
Vertical Root Fracture – Retakan di akar gigi, sering tanpa gejala awal
Risiko Jika Dibiarkan
Kalau kerusakan gigi ini diabaikan, efeknya bisa serius:
-
Infeksi – Bakteri masuk lewat celah, memicu abses.
-
Kerusakan saraf – Kalau retakan mencapai pulpa, nyeri bisa sangat hebat.
-
Kehilangan gigi – Gigi bisa patah total dan harus dicabut.
-
Gangguan mengunyah – Mengurangi kemampuan makan normal.
Cara Dokter Mendiagnosis
FYI, retakan pada gigi sering nggak kelihatan di rontgen biasa.
Makanya, dokter biasanya mengombinasikan beberapa metode:
-
Pemeriksaan visual dengan alat dan pencahayaan khusus
-
Tes gigitan untuk memeriksa reaksi nyeri
-
Transiluminasi (menggunakan cahaya untuk mendeteksi retakan)
-
Foto rontgen 3D (CBCT) untuk melihat detail struktur gigi
Pilihan Perawatan
Perawatan tergantung tingkat keparahan:
-
Bonding – Menutup retakan kecil dengan resin.
-
Crown – Melindungi gigi yang rapuh.
-
Root Canal Treatment – Untuk retakan yang sudah sampai saraf.
-
Ekstraksi – Jika gigi sudah tidak bisa diselamatkan.
-
Onlay/Inlay – Restorasi sebagian permukaan gigi.
Baca Juga : Bukan Cuma Gaya! Ini Manfaat Veneer Gigi yang Jarang Orang Tahu

Pencegahan Gigi Retak
Karena lebih baik mencegah daripada mengobati, lakukan langkah ini:
-
Hindari menggigit benda keras
-
Gunakan mouthguard saat olahraga
-
Jangan langsung minum dingin setelah minum panas
-
Rutin periksa gigi tiap 6 bulan
-
Gunakan night guard jika punya kebiasaan bruxism
Kesimpulan
Gigi retak memang kadang terlihat sepele, tapi dampaknya bisa besar.
Kalau kamu mulai merasa ada sensasi aneh atau nyeri saat mengunyah, jangan tunda untuk memeriksakan diri. Perawatan lebih awal bisa menyelamatkan gigi dari kerusakan yang lebih parah
Referensi
- American Association of Orthodontists – Your Smile, Your Health
https://aaoinfo.org - Cleveland Clinic – Malocclusion (Teeth Misalignment)
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22335-malocclusion - National Institutes of Health (NIH) – Orthodontics: Braces and Retainers
https://www.nidcr.nih.gov/health-info/orthodontics - PMC – The Importance of Orthodontics in Oral Health
https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC3525150/